Jumat, 08 Februari 2008

BeLaJar daRI Tukang BecaK

BeLaJar daRI Tukang BecaK
*) Budi Astuti

Didunia ini ketenangan hidup seperti apa yang kamu cari …? Dan dengan cara apa ketenangan itu akan kau raih…! Tak sedikit orang berfikir cara mendapatkan semua yang diinginkan, mereka baru akan tenang setelah ambisinya tercapai. Dan sebelum mereka dapat meraihnya akan berusaha menggapainya dengan cara apapun, iya nggak…!

Apa artinya dapat hidup mewah, duduk di kursi empuk dan berdasi, kalau masih merasa kurang!. tapi coba kita tengok hidup tukang becak, hampir separuh hari lebih waktunya dihabiskan menemani becak tuk berpetualang. Dia tak mengenal lelah dan tak memperhitungkan tenaga yang terbuang untuk mengayun becaknya. Walaupun kadang tidak mendapatkan tumpangan tetapi hari berikutnya dia masih tetap setia pada becaknya. Pernah suatu saat

kutanyakan pada salah satu diantara mereka, “hidup tenang itu seperti apa, pak?” sambil kukerutkan keningku. Senyumnya yang lembut sangat menandakan dia jalanin hidupnya dengan penuh ketenangan. Karena dengan becaknya dia bisa menyekolahkan ke lima anaknya sampai bangku sekolah menengah atas, walaupun hanya seorang diri kepergian sang kekasih tercinta tiga tahun yang lalu tidak membuatnya pupus harapan tuk terus memenuhin kehidupannya, bahkan katanya sih !, sekarang ada yang menjadi guru. “Dengan menerima apa adanya anugrah yang telah diberikan dan menerima cobaan dengan penuh keikhlasan. Karena semuanya itu hanyalah titipan-Nya, kapanpun Dia dapat mengambilnya.

Orang diatas tak selamanya diatas dan dibawah tak selamanya dibawah. Tetapi yang perlu kita ketahui bahwa diatas dan dibawah itu sama saja. Semua hanyalah titipan dan kita hanya sebagai pelaku. Semua sudah ada yang ngatur, kok”. Tukang becak menutuniku. Sepanjang perjalanan pulang aku hanya merenung apa yang dilontarkan tukang becak beberapa detik yang lalu, “Tak kusangka seorang tukang becak mempunyai pandangan sedemikian hebatnya. Aku merasa dibawahnya dan ternyata baru aku sadari bukan hanya orang bertitellah sebagai guru, tetapi dari tukang becakpun kita dapat ilmu baru dan sangat berharga. Kita jangan memandang siapa yang menyampaikan tetapi lihatlah apa yang disampaikannya”. “Dek katanya udah kuliah, kuliah dimana?” pertanyaan itulah yang membuyarkan lamunanku Aku tertegun sejenak, seakan-akan pertanyaan itu memojokkan aku tuk dapat seperti dia. “Itu pak di , belum aku menjawab ternyata kampus STPP sudah didepan mata. “berhenti sini aja pak”kataku pelan.
“0 .. .. Kuliah disini to, ba-guuuus !“ Aku hanya diam dan trus melangkah dan menghilangkan banyanganku di balik gerbang.


*) Mahasiswi STPP Jurusari Penyaluhan Pertanian Yogyakarta

Tidak ada komentar: