Jumat, 08 Februari 2008

MODEL PROBLEM SOLVING DAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVER (S)

MODEL PROBLEM SOLVING DAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVER (S)

Oleh : Miftakhul Arifin. MPd

Dimana pun kita berada akan menemukan problem, baik merupakan problem individu maupun problem sosial. Problem mengikuti kita dalam berbagai bidang, baik bidang teknik, ekonomi sosial yang kesemuanya merupakan kebutuhan hidup manusia. Kita dapat mengamati dalam sektor pertanian akan menemukan berbagai problem dan problem tersebut perlu dipecahkan atau diatasi.

Sebagai manusia normal dengan menghadapi problem pada umumnya akan terasa tidak mengenakkan karena dengan pengetahuannya merasakan problem merupakan suatu kenyatan yang menyimpang atau kesenjangan antara seharusnya dengan kenyataan yang terjadi. Secara difinisi memang problem merupakan kesenjangan antara das sain (kenyataan) dan das sollen (seharusnya). Naluri manusia akan mempertahankan hidup dengan mencoba untuk mengatasi segala masalah (problem) yang dihadapi semampu mungkin . kemampuan ini ditentukan berbagai factor yang ada pada diri manusia dan lingkungannya.

Menturut sejarah manusia dalam mengatasi masalah dilakukan dengan berbagai cara mulai dari yang kategori ilmiah sampai yang non-ilmiah. Kalu kita amati cara-cara manusia menangani problem yang ditimbulkan baik secara fisik seperti gejolak gunung berapi, banjir, gempa umi, maupun social dan budaya seperti krisis social sangat bervariasi dan ada yang tidak sengaja memang merupakan cara-cara ilmiah, namun banyak juga yang non-ilmiahseperti dengan sesaji dan lain-lain.

Sebagai manusia yang hidup pada jaman informasi dan teknologi,cara-cara penanganan masalah harus dihadapi secara ilmiah maka dengan sendirinya harus mrnguasai dan mempunyai kamampuan prolem solving sesuai dengan motede ilmiah.

Khususnya dalam bidang penyuluahn pertanian, seorang penyuluh yang hidup beserta petani bai secxara individu maupun kelompok, akan bertemu dengan berbagai problem. Problem-problem yang dihadapi bervariasi mulai dari yang sederhana sampai samapi yang komplek dan mulai dari yang bersifat tekni, ekonomi dan social serta mulai yang bersifat alam sektor pertanian. Barbagai problem ini sebagian harus dipecahkan segera dan ada yang harus ditunda atau bahkan ada yang dikesampingkan karena kurang urgen. Kesemuanya memerlukan skala prioritas utuk pemecahannya, sehingga semua problem idealnya ahrus dipecahkan semua.

Dalam kenyataan problem-problem yang dihadapi seorang penyuluh masih banyak yang belum terpecahkan karena berbagai factor seperti tingkat kemampuan problem solving bagi penyuluh, tingkat kekomplekan problem, partisipasi petani, peran instansi terkait, ketersediaan teknologi, dan lain sebagainya. Khususnya bagi penyuluh yang mempunyai peranan membantu problem solving bagi petani, harus mempunyai beragai kemampuan yang diperlukan untuk problem solving.

Untuk melakukan problem solving seorang atau kelompok orang sebagai problem solver harus memahami apa yang disebut sebagai problem solver serta ruang lingkup problem dan problem solving. Pemahaman ini sangat penting untuk mengenali, membasi dan merumuskan problem serta bagaimana cara memecahannya.

Problem solving menurut Feldusen (Tassel-Baska (ed), 1994 ) bahwa Problem solving is a comprehensive and complex set of cognitive operation that probably embracemany aspect of thinkingsubsumed under other rubrics such as creative thinking, critical thinking, decivison making and so on”. Pengertian ini memberikan pengertian bahwa problem solving merupakan penggunaan sebagaian besar pengetahuan dan pemikiran yang kompreshensif dan komplek, yang meliputi pemikiran yang kreatif dan kritis, pengambilan keputusan dan lain-lain.

Secara realitas problem solving tidak cukup hanya pada pemahaman konsep, namun melibatkan proses kegiatan. Proses problem solving dijelaskan oleh The Mayer Report (Harris et al., 1997) bahwa “problem soving is defined broadly to include identifiyingand framing the nature of problem and devising suitable strategies of response”. Pada garis besarnya dinyatakan bahwa proses problem solving meliputi mengidentifikasi dan membatasi sifat problem, serta memutuskan strategi pemecahan yang tepat.

Dalam menangani berbagai problem, manusia telahbanyak melakukan proses denga berbagai cara atau tahapan-tahapan yang bervariasi. Secara individu maupun kelompok mungkin merasa berhasil dengan caranya sendiri, tetapi mungkn saja tidak dapat diterapkan untuk orang lain. Model-model tahapan problem solving telah dikembangkan beberapa ahli, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Model yang diajukan oleh Rubenstein (Tassel-Baska (ed.), 1994)

Model ini meliputi tahapan sebagai berikut :

a) Menggambarkan situasi problem pada keadaan awal

Keadaan awal ini dipandang sebagai problem yang mengarahkan pada kemampuan individual untuk membedakan atau melihat, merenacanakan dan/atau menyikapi situasi problem sebagai pendahuluan untuk mengantarkan ke formulasi goal dan melaksanakan tindakan.

b) Memformulasikan visi, solusi atau goal pada keadaan akhir

c) Melakukan proses atau tindakan untuk memperoleh goal yang telah direncanakan

2. Model yang diajukan Bayer (Tassel-Baska (ed.), 1994)

Model ini merupakan pengemabngan dari model yang sudah dilakukan sejak lama. Tahapan dari model ini meliputi sebagai berikut :

a) Tahap pengenalan suatu problem

b) Tahap penggambaran problem

c) Tahap pemikiran/pemilihan salah satu rencana solusi

d) Tahap pelaksanaan rencana

e) Tahap evaluasi solusi

3. Model yang dikembangkan oleh Bransford dan Stein (Tassel-Baska (ed.), 1994)

Model ini bersifat umum dab telah digunakan dalam skala lebih luas. Tahapan model ini menggunakan akronim IDEAL yaitu meliputi :

a) I = Identify a p[roblem or potential problem (mengidentifikasi problem atau problem yang potensial)

b) D = Define, delinate, or clarify the problem (menggambarkan, melukiskan, atau menjelaskan problem)

c) E = Explor option or approaches to solving the problem (s)(Mengekplorasi pilihan-pilihan atau pendekatan-pendekatan untuk memecahkan problem-problem)

d) A = Act or carry out the planned solution activities (melakukan kegiatan atau menyelesaikan kegiatan-kegiatan solusi yang telah direncanakan)

e) L = Look at the effect and evaluate the solution (mengamati efek-efek dan mengevaluasi solusi)

Model ini mendorong untuk berfikir divergent atau kreatif menyangkut langkah-langkah dan pekerjaan secara baik.

Model-model tahapan problem solving diatas dalam pelaksanaannya memerlukan kemampuan-kemampuan khusus dari problem solver (s), sehingga dapat berhasil dengan baik. Find report (Harris et al, 1997) telah mengidentifikasi kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk problem solving, yaitu meliputi :

1) Analysis

2) Critical thinking

3) Decision making

4) Creative thinking

5) Skill transfer to new concepts

Masing-masing kemampuan ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Kemampuan menganalisa

Dalamp problem solving untuk menghasilkan keputusan diperlukan kemampuan untuk menganalisa problem, yaitu cara memecahkn problem menjadi komponen-komponen dan setiap komponen harus dipelajari secara seksama serta duhubungkan dengan komponen-komponen yang lain (Terry, 1993). Pengertian ini mirip dan mungkin sama dengan pembuatan pohon masalah, kemudian dianalisa satu persatu dan saling keterkaitannya. Dengan demikian seorang problem solver harus mampu menganalisa problem untuk memutuskan dan mengenal sifat-sifat problem.

2) Kemampuan berpikir kritis ( Critical thinking )

Menurut Ennis (Tassel Baska (ed), 1994) bahwa “Critical thinking as follows critical thinking is reflective and reasonable thinking thats focused on deciding what to believe or do ”. kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan bagi problem solver. Berpikir kritis merupakan kekuatan untuk melakukan pelacakan terhadap segala problem yang dihadapi dengan pertimbangan-pertimbangan yang logis.

3) Kemampuan mengambil keputusan (Decision making)

Griffin (1990) menjelaskan tentang decision making yaitu sebagai berikut : “Decision making is the act of choosing one alternative from among a set of alternatives”. Selanjutya dikatakan bahwa “Thedecision making process include recognizing and the defining the nature of a decision situation, identifying alternative,choosing the best alternative and putting it into practice ”. perkataan ”best” mengimplikasikan keefektifan dan pengambilan keputusan yang efectif memerlukan pemahaman terhadap situasi yang menghantarkan kearah keputusan. Kemampuan pengambilan keputusan yang tepat sangat diperlukan untuk problem solving, karena akan menghadapi berbagai alternatif, baik yang menyangkut problem maupun cara pemecahannya.

4) Kemampuan berpikir kreatif ( Creative thinking )

Berpikir kreatif atau divergent sebenarnya dimiliki oleh semua orang, namun mempunyai derajat yang berbeda, ada yang pada tataran tinggi dan yang lain pada tataran rendah. Menurut Mac Kuinon (Jalaludin Rakhmat, 1988), berpikir kreatif harus memenuhi tiga syarat yaitu :

a. Kreatif dalam memberikan tanggapandan gagasan baru

b. Kreativitas dalam memecahkan masalah secara realitas

c. Kreativitas dalam usaha melakukan pengamanan yang orisinil, menilai dan mengembangkan sebaik mungkin.

5) Kemampuan mentransfer konsep baru ( Skill transfer to new concepts )

Kemampuan ini merupakan bagian dari kemampuan inovativ. Menurut Terry (1993), Innovating mencakup pengembangan gagasan baru, mengkombinasikan gagasan baru dengan yang lama, mencari gagasan dari kegiatan lain dan melaksanakannya, atau memberi stimuli kepada rekan-rekan untuk mengembangkan dan mengetrapkan gagasan baru dalam kegiatannya. Kemampuan ini sangat penting untuk menjelajahi IPTEK yang adadanmemperkaya alternative cara-cara pemecahan masalah.

Sebagai penutup dapat disimpulkan bahwa kondisi penyuluhan pertanian semakin banyak menghadapi permasalahan,maka seorang penyuluh pertanian harus dapat menguasai dan memiliki kemampuan untuk melakukan problem solving. Dalam proses atau model problem solvin banyak memberikan alternative, sehingga penyuluh harus menguasai konsep problem solving dan kreatif dalam penerapannya sehingga tepat sasaran.

Daftar Pustaka

Griffin, R. W. (1990).management (3rd ed.). Boston : Houghton Mifftlin Company.

Harris, R. et al (1997). Competencies based education nad training : Between a rock and a whirpool. Australia : Mac Millan Education Australia PTY, Ltd.

Jalaludin Rakhmat (1988). Psikologi Komunikasi. Bandung : Penerbit Remaja Karya CV Bandung.

Tassel-Baska, J. Van (Ed.) (1994). Conprehensive Curriculum For Gifted Learners (Second ed.). Massachusetts: Allyn andBacon A. Devision of Simon & Schuster Inc.

Terry, G. R (1993). Prinsip-prinsip Manajemen (Terjemahan dari J.Smith D. F. M.). Jakarta : Bumi Aksara.

Tidak ada komentar: