Jumat, 08 Februari 2008

semakin berkurangnya minat

semakin berkurangnya minat

generasi muda pada dunia pertanian

(salah siapa ?)

Ketika penulis masih duduk dibangku SD penulis dan teman-teman ditanya oleh wali kelas tentang cita-cita mau jadi apa setelah besar nanti dan jawaban yang dikeluarkan beragam, ada yang ingin menjadi dokter, ada yang ingin jadi pilot bahkan ada yang ingin jadi presiden. Namun semua isi kelas mendadak tertawa ketika salah satu dari teman saya menyatakan cita-citanya ingin menjadi petani, dan teman-teman saya.

Gambaran diatas mungkin tidak hanya terjadi dikelas saya tetapi juga mungkin terjadi di seluruh Indonesia, dimana orang tua mungkin lebih bangga anaknya menjadi polisi, PNS, dokter, dan lain sebagainya dibandingkan untuk menjadi petani, sehingga sejak kecil anak-anaknya didoktrin untuk mengejar cita-cita setinggi-tingginya.

Negara agraris merupakan julukan bagi Negara kita, karena sebagian besar lahan yang ada di permukaan bumi Indonesia ini adalah lahan pertanian tetapi mari kita lihat dari zaman ke zaman lahan pertanian kita itu semakin menyempit, terjadi perubahan yang tadinya lahan sawah menjadi komplek perumahan, yang tadinya lahan tegalan berubah menjadi gedung-gedung. Ditunjang oleh factor SDM yang semakin berkurang boleh kita lihat di lapangan berapa tenaga kerja pertanian yang bekerja sebagai petani sudah berapa umur mereka, kalau kita boleh jujur umur petani kita sekarang ini sebagian besar diatas 40 tahun.

Kemana para pemuda yang nantinya akan mewarisi sawah-sawah mereka? Pemuda kita ternyata banyak bekerja di pabrik-pabrik industri, mereka berebutan mencari pekerjaan kekota besar mereka, mereka rela untuk berimigrasi ke kota industri padahal berapa sih gajinya seorang karyawan atau buruh pabrik itu ? mereka enggan untuk bekerja di sawah menanam palawija, menyiangi gulma ataupun mencangkul tanah, hal ini karena mereka menilai kerja disawah itu susah, kotor dan juga dekil.

Setiap manusia pasti akan mati, kalau semua petani yang ada sekarang nantinya sudah tidak ada terus siapa yang akan menggarap sawah, siapa yang akan menanam padi ? siapa yang akan memenuhi kebutuhan pangan kita ? apakah kita akan menginfor bahan pertanian dari luar, sungguh ironis sekali Indonesia yang dikenal dengan Negara pertanian tetapi hasil pertanian itu sendiri kita harus mengimpor dari negeri tetangga.

Negara kita bakalan kehilangan generasi penerus dunia pertanian nantinya jika keadaannya terus begini, dan juga mungkin nantinya kita akan kehilangan juga julukan sebagai negara agraris, karena kita lihat sendiri semakin lama lahan pertanian kita semakin menyempit.

Negara Indonesia ini merupakan milik kita semua, bukan hanya milik pejabat, bukan hanya milik pengusaha, bukan juga hanya milik pemerintah tetapi negara ini milik rakyat Indonesia semua, dari sabang sampai merauke tak memandang suku, tak memandang agama dan tak memandang warna kulit, semua hak dan kewajiban warga Negara sama, sama-sama berhak untuk melindungi dan memelihara Negara kita ini dan mengembangkan dunia pertanian yang ada.

Marilah kita tengok diri kita masing-masing, intropeksi kekurangan yang ada dalam diri kita, mengapa para pemuda enggan untuk bekerja menjadi petani ? apakah ini semata karena kesalahan mereka, atau juga kesalahan orang tuanya ? mengapa lahan pertanian kita semakin sempit ? sudah maksimumkah perjuangan kita untuk melestarikan pertanian di negara kita ? kita jawab saja semua di dalam hati tak perlu diucapkan karena yang dibutuhkan bukan hanya omongan tapi realita yang kita kerjakan.

Tidak ada komentar: