Jumat, 08 Februari 2008

PROFILE

PROFILE

Bapak sederhana yang lahir pada 30 Januari 1957 di Godean Sleman terkenal dengan sebutan Pak TO mempunyai prinsip hidup “ Tidak ada keinginan yang tercapai tanpa ada yang kita lakukan “ JOS (Jangan Omong Saja) patut untuk kita jadikan contoh.

Kita jangan hanya ngomong saja karena omongan dan ide tidak akan terlaksana kalau kita tidak melakukannya. Kita ini merupakan negara agraris bukan negara industri jadi sebaiknya pembangunan yang diutamakan adalah bidang pertaniannya dan seharusnya kita malu masih mengimpor bahan pertanian dari luar ucap bapak yang penuh wibawa ini. Bapak yang bercita-cita ingin menjadi pegawai kecamatan ini mempunyai motto yang baik sekali yaitu ingin menjadi air karena air dapat memberikan kesejukan dan juga semua orang butuh air dari segala lapisan sosial yang paling rendah sampai lapisan yang paling tinggi tak perduli itu pengamen tak perduli itu presiden semuanya butuh air.

Beliau yang memang sejak duduk dibangku Sekolah Dasar telah menyenangi wayang orang ini dan pernah gabung dengan klub bola ISBB, PSS Sleman dan PSSM ini merupakan alumni SD Godean 1 (1963 – 1969) dan SMP Godean (1969 – 1972) dan juga mempunyai latar belakang organisasi yang banyak sekali yaitu menjadi tenaga pendidik di SPMA bagian Kesiswaan (1978 – 1999), mendirikan SLPHT di Kecamatan Tri Mulyo (1989 – 1990) yang sampai sekarang telah berdiri sebanyak 90 SLPHT di Kecamatan Mendungan itu, mendirikan paguyuban petani pemandu pertama di Jogja bahkan Indonesia (1992), ikut bersama petani pemandu Wadah Belajar Petani (1995 – 1999), dan mengikuti Munas PHT yang diikuti oleh 13 propinsi di Indonesia yang anggotanya Sumatera, Jawa, sulawesi dan NTT (1999).

Bapak yang sering tampil di setiap seminar kampus-kampus yang ada di Jogja dan sering juga diundang untuk memberi materi di hampir wilayah Indonesia ini memiliki perhatian yang sangat besar terhadap nasib petani hal ini tumbuh karena beliau hidup di pedesaan dimana yang notaben masyarakatnya adalah petani yang kalau kita lihat pertanian ini merupakan penopang kehidupan bangsa dimana sebaiknya petani itu yang diutamakan dan menjadi subyek jangan hanya objek, beliau juga mengatakan bahwa semakin lama lahan pertanian semakin sempit khususnya di daerah Jawa ada adat yang mengharuskan sistem warisan tanah jadi tanah yang tadinya dimiliki seorang bapak itu setengah hektar kalaudia mempunyai anak 5 maka semua anaknya hanya mendapatkan seperlima bagiannya,mau ditanami apa lahan seluas itu ?. Beliau berpendapat bahwa Indonesia ini akan makmur, tentram dan damai kalau dipimpin oleh ratu adil siapa ratu adil tersebut? Ratu adil tersebut tak lain dan tak bukan adalah Petani.

Selama mengabdi dibidang pertanian bapak dari dua orang putra dan 12 anak asuh ini memiliki kendala kesusahan untuk mengajak petani untuk menerapkan teknologi pertanian baru diakibatkan seringkali teknologi itu terbatas oleh adat dan kebiasaan petani serta kesulitan untuk menyatukan kelompok-kelompok petani yang memiliki visi dan misi masing-masing serta ilmu yang didapatkan tidak sesuai dengan realita di lapangan.

Kita lihat keadaan petani dari dulu sampai sekarang tidak ada perubahan yang ada hanya perubahan luas lahannya saja yang semakin sempit karena lahannyadibagi kepada anak-anaknya dan juga dijual kepada pemilikmodal sehingga kehidupan petani sampai sekarang jauh dari kesejahteraan. Bapak yang telah sukses inipun masih menyempatkan diri untuk menjadi petani karena dia senang menjadi petani menurut dia petani itu tidak mungkin untuk koropsi karena nggak ada yang mau dikoropsikan.

Dengan menjadikan hambatan sebagai tantangan semua kehidupan dapat dirubah, sebesar apapun masalah yang dihadapi akan dapat teratasi kalau diselesaikan dengan pikiran jernih dan selalu berdoa pada yang kuasa, harapan beliau kedepan “ Hanya ingin bagaimana petani itu benar-benar sejahtera bukan sebagai pelengkap penderita, tidak harus dihormati tetapi ditempatkan sesuai profesionalismenya ”.

(Dino & Putra).

Tidak ada komentar: