Jumat, 08 Februari 2008

KAJIAN VARIETAS UUNGGUL KEDELAI ( Glycine max L.) merrilKAJIAN VARIETAS UUNGGUL KEDELAI ( Glycine max L.) merril

KAJIAN VARIETAS UUNGGUL KEDELAI ( Glycine max L.) merril

DALAM RANGKA TERBENTUKNYA

JALINAN ALUR BENIH ANTAR LAPANG (JABAL)

PENDAHULUAN

Tanaman kedelai merupakan tanama cash crop yang dibudidayakan di lahan sawah (60 %), dan lahan kering 40 %. Luas areal tanam mencapainya puncaknya pada tahun 1992, yaitu 1,67 juta hektar. Kebutuhan kedelai pada tahun 2004 sebesar 2,02 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri baru mencapai 0,71 juta ton, sehingga kekurangan 1,31 juta ton harus impor (Balitkabi, 2005).

Keberhasilan dalam teknis budidaya kedelai salhsatunya akan ditentukan oleh factor benih (Ismail, 1985). Menurut (Lamina, 1989), peranan benih menentukan produksi sampai 95 %. Sistem perbanyakan benih pada tanaman pangan ( padi dan palawija) yaitu dengan sistem perbanyakan benih dengan alir generasi tunggal ( One Generaton Flow) yaitu generasi perbanyakan benih sumber (BS) hingga menghasilkan SS adalah sama, yaiut dua generasi pada perbanyakan BS ke FS dan satu generasi pada perbanyakan FS ke SS. Namun pada perbanyakan SS ke ES terdapat perbedaan antara kedua kelompok tanaman itu, yaitu hanya satu generasi untuk benih padi dan dapat hngga empat kali untuk benih kacang –kacangan (BPSB,1999).

Sistem pembenihan kedelai dilakuakn oleh pemerintah (BUMN) dan sdikit sekali dilakukan oleh swasta, kendala lain yaitu daya tumbuh cepat menurun dan umur label relatif pendek, ketersediaan benih sumber terbatas dan tidak tepat waktu, banyak areal penangkaran lulus lapang tetapi tidak dikuasai menjadi benih, prosesing benih biasanya ditingkat petani sehingga internal quality control belum bisa dilaksanakan secara benar, perbedaan harga antara benih dengan kedelai konsumsi relative pendek (Mugnisyah, 1998).

Sistem perbanyakan One Generation Flow tetap dianut sampai sekarang. Selain itu, pola penyaluran benih dengan system JABAL ( Jalinan Arus Benih antar Lapang) telah mulai dimanfaatkan terutama untuk tanaman kedelai, Namu kurang berhasil. BPSB, 1999. menyatakan dalam system JABAL penyediaan benih diupayakan dengan memperbanyak kembali benih yang dihasilkan di suatu lokasi pada musim tertentu dilokasi lainnya atau yang sama pada musim berikutnya, baik dilahan sawah maupun dilahan tegalan. JABAL dapat dilakukan pada suatu lahan yang berbeda musim tanamnya, antar kelompok tani, dan sebagai sumber benih yang dikembangkan dari benih label merah jambu sampi pad keturunan yang keempat.

Setyastuti P.S.A., 1999, mensyaratkan, agar benih yang dihasilkan tidak mengalami penyimpangan lebih dari tiga bulan sebelum diperbanyak kembali. Selanjutnya BPSB, (1999), menyatakan karena ketersediaan benih kedelai yang bermutu sulit didapatkan oleh petani. Benih kedelai yang merupakan panen sulit dipertahankan untuk ditanam pada musim tanam kedelai yang akan datang, karena sifat kedelai tidak tahan lama dalam penyimpanan (lebih 3 bulan) sehingga akan mengalami penurunan daya kecambah (BPSB, 1999).

Menurut penulis, untuk mengatasi permasalahan tersebut bisa dilakukan dengan system penanaman sistem jalinan alur benih antar lapang (JABAL). Jabal dapat dilakukan pad dua lokasi yang berbeda musim tanamnya. Musim tanam kedelai sangat ditentukan oleh ketersedaiaan air, baik air irigasi maupun air hujan. Penanaman kedelai di D.I. Yogyakarta dilakukan pada bulan maret (Musim Tanam ( MT II ). Penanaman kedelai pada musim kemarau bulan mei – juni ( Musim Tanam III ), banyak dilakukan oleh petani di Kec. Prambanan Sleman dengan jenis lahan sawah irigasi, sedangkan papa musim penghujan ( Musim Tanam I ) bulan Oktober- November dilakukan di Kec. Playen Gunung Kidul yang memiliki jenis sawah tadah hujan.

Pengujian beberapa varietas kedelai terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai, merupakan langkah awal untuk menentukan varietas yang cocock dan paling baik produksinya yang dilakukan pada dua tempat yang berbeda musim tanamnya, dan jenis lahannya, sehingga pada akhirnya dari dua lokasi tersebut dapat menyediakan benih yang baik dengan menggunakan sisten JABAL. Permasalahan tentang pengadaan benih kedelai yang bermutu pelu dilakukan percobaan penerapan system jalinan alur benih antar lapang (JABAL), yang merupakan salah satu cara untuk mengatasi permasalahan ketersediaan benih tersebut, karena JABAL dapat diterapkan pada suatu lahan yang berbeda, dengan karakteristik musm tanam yang berbeda, pad daerah yang berbeda atau dilakukan oleh antar kelompok tani dalam suatu daerah maupun dareah yang berbeda. Kedua daerah penanaman tersebut bisa dibentuk pengadaan benihnya dengan system JABAL.

Untuk mengawali terbentuknya pengadaan benih dengan system JABAL pada kedua daerah tersebut, perlu dilakukan suatu percobaan lapangan untuk memilih satu jenis kedelai yang bisa dikembangkan pada kedua daerah tersebut dengan msuim tanam yang berbeda. Dalam menetukan suatu varietas yang bisa dikembangkan oleh kedua daerah atau lahan, maka pengkajian beberapa varietas unggul yang biasa ditanam dikedua daerah tersebut, dan beberapa varietas unggul lain yang elum pernah ditanam atau pernah ditanam tetapi sudah langka dalam pengadaan benihnya.

Tujuan penelitian adalan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kedelai unggul nasional ataupun unggul local pada suatu lahan yang memiliki karakteristik lain dengan lahan lain.

Manfaat hasil penelitian adalah hasil kedelai yang menunjukan pertumbuha atau produksi paling baik dan keunggulan dari masing–masing varietas dapat dijadikan sebagai calon benih, yang bisa dikembangkan dengan sistem JABAL pada kedua daerah yang memiliki musim tanam yang berbeda untuk menyediakan ketersediaan benih.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan pada jenis lahan sawah tadah hujan di Dusun Sawahan, Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten gunung Kidul, D. I. Yogyakarta. Jenis tanh Grumosol, jenis lahan sawah tadah hujan tanah ini merupaka lahan marginal dengan pilihan agroforestry ( Tim Survey Tanah 1994). Penelitian dilaksanakan pada Novenber 2004 sampai dengan bulan Pebruari 2005.

Bahan yang digunakan adalah 8 varietas atau galur kedelai, terdiri 5 varietas unggul nasional yaitu Galunggung, Wilis, Mahameru, Malabar, bromo, dan 3 unggul varietas local (kedelai hitam) yaitu lokal Imogiri, local Prambanan, dan local Playen. Benih ungula nasional diperoleh dari Balai Benih Palawija Gading Gunung Kidul dan benih lokal yang diperoleh dari petani. Alat yang digunakan alat bercocok tanam ( cangkul, tugal, tali, roll meter), alat pengamatan ( alat tulis, mistar, timbangan digital , Oven),alat panen dan alat pasca panen (sabit, lantai jemur, tressher, timbangan, karung bagor).

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Ber-blok ( Randomized Complete Block design = RCBD) dengan 8 perlakuan varietas, yaitu : Galungung (VI), Wilis (V2), Mahameru (V3), Malaba (V4), Bromo (V5), Lokal Imogiri (V6), Lokal Prambanan (V7), dan Lokal Playen (V8). Masing – masing perlakuan diualng sebanyak 3 kali, sehingga ada 24 plot percobaan.

Pelaksanaan percobaan lahan diolah dengan cangkul kurang lebih 1 bulan sebelum tanam ( bulan September-Oktober ), dibiarkan (“ diklantang ”) sampai turun hujan. Unit percobaan dibuat bedengan –bedengan lebar 6 m, panjang 6m, tinggi 30 cm. Jarak anatr bedengan dan saluran keliling 40 cm, dibuat sedalam 20 cm. Batas antar blok ditanami tanaman tumpangsari jagung dan ubi kayu. Luas percobaan 1000 m2, jarak tanam 15 x 30 cm, benih ditanam pada lubang tanam dengan tugal sedalam 2-4 cm, setiap lubang tanam sebanyak 3 biji. Dilakukan penutupan dengan pupuk kandang yang sudah menjadi “ lemi” satu genggam per lubang, sebagian pupuk dasar. Pupuk anorganik yang digunakan, Urea 5 kg + SP-36 10 kg + KCL 5 kg per 1000 m2 diberikan pada tanaman umur 2 minggu. Kebutuhan pupuk Urea 50 kg/ha, SP-36 100 kg/ha dan KCL 100 kg/ha, tidak ada pemupukan susulan. Insektisida tidak digunakan selama penelitian berlangsung. Pemeliharaan tanaman kedelai sesuai yang dilakukan oleh petani pada sawah tadah hujan.

Pengamatan dilakukan terhadap komponen parameter yang diamati tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang. Pengamatan terhadap komponen produksi parameter yang diamati jumlah polong, berat 100 biji, dan hasil. Cara pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang diamati setiap minggu sekali sampai panen, pada tanaman sampel sebanyak 5rumpun/unit percobaan. Jumlah polong dihitung sampai rumpun tanaman sebanyak 10 rumpun dilakukan setelah panen. Berat 100 biji ditimbang, dilakukan setelah panen. Hasil kedelai diamati setelah panen dan dilakaukan “penggedikan“ keseluruhan ditimbang setiap unit percobaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan parameter pertumbuhan disajikan pada (Tabel 1), yaitutinggi tanaman, jumlah cabang per rumpun, jumlah daun per rumpun. Perlakuan varietas memperlihatkan pengaruh dan berbeda nyata taraf 0,05 uji Duncan, terhadap jumlah daun, jumlah cabang, dan tinggi tanaman. Jumlah daun pada varietas Wilis memperilhatkan paling banyak, paling sedikit pada varietas Galunggung, dan berbeda nyata. Daun kedelai terdiri daun kepel (keeping biji) akan muncul pertama kali fungsi daun ini sebagai cadangan makan sebelum akar tanaman dapat berfungsi menyerap unsur hara. Tanaman umur 2-3 minggu “daun kepel’ akan berguguran pada saat inilah akar tanaman kedelai sudah berperan dapat menyerap unsure hara tanah. Jenis daun primer (daun tunggal) keluar pertama pada ruas batang atau buku-buku, dan tunggal hanya memiliki satu helaian daun saja, yang posisinya berhadapan. Pada umumnya setiap tanaman kedelai terdapat 2 daun tunggal. Pada keadaan normal pada daun tunggal akan tumbuh tunas yang merupakan cabang tamanan kedelai. Jenis daun yang lain adalah daun majmuk yang terdiri dari tiga helaian daun atau dikenal dengan daun “ trifoliar” yang tumbuh pada buku- buku batang, letak daun majmuk berselang seling. Diatas keluarnya tangkai daun majmuk akan tumbuh ranting cabang tanaman dan bunga. Daun majmuk tumbuh pada buku- buku batang atau cabang tanaman. Jumlah daun majmuk setiap varietas kedelai berbeda, hal ini yang akan membedakan jumlah daun antara varietas yang satu dengan yang lainnya. Jumlah daun kedelai identik dengan jumlah buku-buku kedelai, semakin banyak buku-buku batang akan bisa menghitung jumlah daun. Daun majmuk yang telah menunjukan warna kuning menandakan tanaman kedelai siap dipanen. Gugurnya daun majmuk ada kalanya bersamaan atau bergantian. Tanaman kedelai yang memiliki jumlah daun lebih banyak menunjukan pertumbuhan yang baik, dibandingkan kedelai yang jumlah daunnya sedikit.

Jumlah cabang memperlihatkan perbedaan yang nyata taraf 0,05 uji Duncan (Tabel 1), jenis varietas lokal cenderung memiliki cabang lebih banyak dibanding dengan unggul nasional. Jumlah cabang kedelai ada korelasi dengan jumlah daun, karena cabang kedelai tumbuh diatas tangkai daun pada buku-buku, tetapi jumlah cabang akan lebih sedikit dengan jumlah daun. Hal ini disebabkan tumbunya daun pada buku-buku, selanjutnya akan diikuti oleh tumbuhnya cabang dan bunga, atau salah satu cabang atau bunga.

Tabel 1. Rerata parameter pertumbuhan ( jumlah daun, jumlah cabang, dan tinggi tanaman).

Perlakuan

( Varietas)

Jumlah daun

(Helai/Rumpun)

Jumlah Cabang

(Cabang/Rumpun)

Tinggi Tanaman

( Cm )

Galunggung

Wilis

Mahameru

Malabar

Bromo

Lokal Imogiri

Lokal Prambanan

Lokal Playen

17,8 a

50,3 e

31,7 bc

26,4 b

34,2 bc

47,3 de

39,3 cd

36,5 bcd

5,5 c

6,0 d

4,5 a

5,0 b

5,0 b

7,6 e

6,8 d

5,8 cd

32,5 a

43,5 b

33,1 a

33,7 a

31,9 a

44,9 b

50,9 c

40,9 b

Keterangan : Angka rerata pada kolom yang sama yang diikuti sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji Duncan.

Tetapi tumbuhnya cabang tanaman pada batang pokok, sehingga cabang tersebut disebut cabang primer. Pada umumnya kedelai hanya memiliki cabang primer, dan tidak diikuti oleh cabang sekunder dan cabang tersier, berbeda dengan golongan tanamana tahunan yang lain. Jumlah cabang akan mempengaruhi jumlah polong, karena cabang kedelai yang banyak akan menunjukan jumlah buku-buku yang banyak, masing-masing buku akan keluar bunga yang pada akhirnya akan menjadi polong. Kedelai yang memiliki jumlah cabang lebih banyak akan menunjukan pertumbuhan yang lebih baik, dibanding kedelai yang jumlah cabangnya sedikit.

Tinggi tanaman kedelai (Tabel 1) menunjukan berbeda nayta taraf 0,05 uji Duncan. Varietas yang termasuk type Determinate dengan Indeterminate tentu akan berbeda tingginya. Dalam penelitian 8 varietas yang uji cobakan, termasuk type kedelai determinate, hal ini dicirikan pertumbuhan yang terbatas, ditandai keluar bunga dari ujung sampai pangkal tanaman hamper bersamaan. Tinggi tanaman ada korelasi dengan jumlah daun dan jumlah cabang. Karena tanaman kedelai yang tinggi umumnya memiliki ruas atau buku-buku batang yang banyak, atau memiliki ruas yang ukurannya panjang. Kedelai lebih baik memiliki bentuk ruas yang pendek, karena ruas yang panjang umumnya disebabkan jarak yanma rapat, atau tanmana terlindung. Varietas unggul local dan varietas Wilis cenderung lebih tinggi, dibanding varietasa unggul nasional. Tinggi rendahnya tanaman kedelai akan menentukan umur panen, kedelai Galunggung, Bromo, mahameru, Malabar, menunjukan tinggi tidak berbeda nyata, varietasa tersebut umur panennya hamper bersamaan dan lebih genjah dibanding varietas lokal dan Wilis. Pada umumnya kedelai yang memiliki ukuran lebih tinggi, akan menunjukan pertumbuhan yag baik, dari pada kedelai yang lebih rendah.

Jumlah polong, berat 1000 biji, dan hasil adalah parameter yang termasuk dalm komponen produksi (Tabel 2). Rata-rata jumlah polong berbeda nyata taraf 0,05 Duncan. Polong kedelai berisi 1 biji, 2 biji, 3 biji, 4 biji bahkan kadang-kadang yang berisi 5 biji. Banyaknya polong yang ditentukan oleh banayknya buku- buku cabang maupun batang, polong yang banyak mengindikasikan terhadap tingginya hasil kedelai. Terbukti pada hasil pengamatan varietasa lokal Imogiri jumlah polong 59,3, maka hasil yaitu 1426,7 dan paling itnggi disbanding varietas lain. Tetapi tidak selalu berkorelasi positif antar julah polong dengan hasil, hal ini disebabkan karena komponen hasil sangat ditentukan oleh polong yang atau bernas, selain komponen yang lain.

Berat 100 butir menunjukan berbeda nyata taraf 0,05 uji Duncan. Varietas Galunggung meunjukan 17,1 gram (Tabel 1) paling berta disbanding varietasa lainnya. Hal ini biji kedelai Galunggung memiliki ukuran diameter biji paling besar. Walaupun jumlah polong Galunggung lebih sedikit tetapi ukuran bijinya besar, maka produksinya lebih baik dan tidak berbeda nyata dengan varietas local Imogiri. Ukuran besar kecilnya kedelai ditentukan oleh factor genetis yang sifatnya turun temurun dari generasi kegenerasi. Varietas Galunggung dan Malabar tidak berbeda nyata dengan varietas ketiga varietas local (kedelai hitam), tetapi berbeda sangat nyata dengan Mahameru dan Wilis. Rata-rata hasil setiap blok menunjukan perbedaan. Blok I rata-rata menunjukan paling tinggi disbanding blok II dan blok III. Hal ini memang ketinggian sawah ketiga blok berbeda dan memiliki tingkat kesuburan tanah berbeda. Sedangkan perbedaan antar varietas sangat dipengaruhi oleh sifat genetic dari masing–masing benih. Sifat genetic (Fisiologis dan morfologis) yang ada pada masingimasing benih akan berakibat terjadinya sinkronisasi antara fenologi tanaman dengan fenologi hama. Hal ini ditunjukan varietas Galunggung mempunyai sifat umur genjah maka serangan hama (Tunga, Aphis, Trips, Remis, Ulat penggerek polong)

Lebih rendah dibandingkan varietas yang berumur dalam yaitu Wilis, Bromo, dan Mahameru. Sifat genetic benih yaitu Nonpreferensi (ketidaksukaan), Antibiosis, dan toleran menunjukan terhadap serangan hama yang berbeda, pada varietas local (kedelai hitam) lebih tahan dari pada kedelai kuning. Serangan hama akan berpengaruh terhadap hasil, yang serangan tiggi akan menurunakan hasil, baik secara kwalitas maupun kuantitas. Varietas Galunggung morfologi ukuran biji lebih besar dan umumnya genjah hasilnya cukup tinggi dibandingkan dengan varietas yang lain. Sehingga penyebab perbedaan hasil atau produksi dominant ditentukan oleh factor genetic (sifat dalam yang diturunkan).

Tabel 2. Rerata parameter produksi (jumlah polong, berat 100 biji, dan hasil).

Perlakuan (varietas)

Jumlah polong

(Buah/rumpun)

Berat 100 Biji

(Gram)

Hasil

( Gram/36 m2 )

Galunggung

Wilis

Mahameru

Malabar

Bromo

Lokal Imogir

Lokal Prambanan

Lokal Playen

27,3 a

57,1 a

34,0 b

40,6 c

42,3 c

59,3 e

49,3 d

52,8 de

17,1 d

9,5 a

13,0 b

12,9 b

14,3 c

10,0 a

9,3 a

10,0 a

1210.0 ab

542,7 cd

245, 0 d

1115,0 b

817,3 bc

1426,7 a

1190,0 b

1086,7 b

Keterangan : Angka rereta pada kolom yang sama yang diikuti sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji Duncan.

Faktor genetis yang ditunjukan oleh masing –masing varietas dapat dilihat fenologi tanamna yaitu umur tanaman, pada varietas Galunggung 70 hari sudah panen, local 75 hari, yang umur panen kedelai yang lebih awal cenderung produksinya baik, dari pada kedelai yang umurnya panjang misalnya varietas Wilis. Panen yang tidak serempak (terlalu awal atau terlalu mundur) berakibat adanya serangan hama. Hasil pengamatan dilapangan pada kedelai lokal tingkat serangan hama cenderung lebih rendah dibandingkan kedelai unggul nasional. Hal ini diduga warna pigmen hitam pada kulit biji merupakan antibiosis terhadap hama-hama yang menyerangnya. Umur pendek atau panen lebih awal ada waktu yang mengganggu fenologi hama pada proses hidupnya ( Untung K. 1993).

Menurut Mugnisyah (1998), berat 100 biji juga menentukan produksi, varietas Galunggung jumlah polong lebih sedikit, tetapi memiliki bentuk dan ukuran biji lebih besar, sehingga dalam jumlah biji yang sama akan memiliki berat yang berbeda. Varietas Wilis dan Mahameru produksi paling rendah disbanding 6 varietas lainnya dan menunjukan berbea nyata, hal ini disebabkan oleh factor umur tanaman yang panjang, sehingga panennya paling akhir (90 hari), sedangkan Galunggung dan varietas local umur panen 70 hari, selisih waktu panen 20 hari pada lahan yang sama akan berakibata fatal pada produksi, karena pada kedelai Wilis fase vegetatif mundur, dan akan mempengaruhi fase generatif yang juga ikut mudur, atau istilah lain pertumbuhan dan perkembnagan Wilis tertinggal dengan varietas yang lain, ketertinggalan ini menyebabkan akan terjadi sinkronisasi antara fenologi hama dengan fenologi tanaman.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa kajia dari 8 varietas ( lima unggul nasional ) dan ( tiga unggul local ) yang ditanam pada musim penghujan ( MT I ) jenis lahan sawah tadah hujan di Sawahan, Bleberan, Playen, Gunung Kidul Yogyakarta adalah :

1. Pertumbuhan kedelai yang paling baik varietas lokal Imogiri.

2. Hasil atau produksi kedelai yang paling tinggi varietas lokal Imogiri.

3. Bentuk dan ukuran biji kedelai paling besar Varietas Galunggung.

Saran :

1. Baerdasarkan pertumbuhan dan hasil kedelai Varietas Lokal Imogiri ( warna kulit biji hitam ) layak untuk dikembangkan dengan sistem JABAL.

2. Berdasarkan morfologis biji varietas Galunggung ( warna kulit biji kuning ) layak untuk dikembangkan dengan sistem JABAL.

DAFTAR PUSTAKA

Balitkabi, 2005. Prosiding Lokakarya Pengembangan Kedelai di Lahan Sub-Optimal. Malang.

BPSB, 1999. Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura. Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura. Pelatihan Industri Benih BLPP Wonocatur Yogyakarta.

BPSB, 1999. Pengujian standar di Laboratorium. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih II Jateng dan DIY.

Ismail, IG. Dan Suryatna E. 1985. Peningkatan Produksi Kedelai. Dtjen Tanaman Pangan. Jakarta.

Lamina. 1989. Kedelai dan Pengembangannya. Simplex. Jakarta.

Mugnisyah, W.Q. 1998. Teknologi benih. Universitas Terbuka. Depdikbud. Jakarta.

Setyastuti P.S.A, 1999. Pengaruh Penyimpanan Terhadap Mutu Benih. Pelatihan Industri Benih, BLPP Wonocatur Yogyakarta.

Tim Survey PPT dan Agroklimat. 1994., Survey Pemetaan Sumberdaya Lahan D.I.Y Semi Detil Bogor. 381 p.

Untung, K. 1993. Pengantar Pengelola Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 273 p.

Lampiran :

Perhitungan Sidik Ragam Hasil Kedelai :

Faktor koreksi (FK) = ( 22900)2 / 8 x 3 = 21850416, 67

J K Total = (13102 +13502 + …+ 8302) - 21850416,67 = 4823611,33

J K Perlakuan = (36302 +…+ 32602 / 3) - 21850416,67 = 3236162,663

J K Blok = (91902 +…+ 58072/ 8) – 21850416,67 = 7236162,663

J K Galat = 4823611,33 –3236162,663 –7236162,663 = 85852059

KK (%) = (61322,899)1/2 / 954,66 x 100 % = 25,9 %

Analysis of Variance ( ANOVA ) :

SK

db

JK

KT

F. hit

F. Tabel

5 % 1 %

Blok

Perlakuan

Galat

2

7

14

728928,08

3236162,66

858520,59

364464,04

46230,95

-

7,54**

-

-

2,76 4,28

-

Total

23

4823611,33

-

-

-

Keterangan :

** : sangat nyata

Perlakuan 8 varietas berpengaruh sangat nyata terhadap hasil kedelai.

Uji beda DMRT (5%) :

SSD : 487,53 484,67 481,81 476,09 467,52 454,65 433,20

Perlakuan : V6 V1 V7 V4 V8 V5 V2 V3

Rerata : 1426 1210 1190 1115 1086,6 817,33 542,66 242

V3 1181 965 945 870 841,6 572,3 297,6 0 d

V2 883,3 667,3 647,3 572,3 544 247,6 0 c

V5 608,6 392,6 372,6 297,6 269,3 0 b

V8 339,3 123,2 a 103,3 8,78 0

V4 311 95 75 0

V7 236 20 0

V1 216 0

V6 0

Perlakuan : V1 ; V2 ; V3 ; V4 ; V5 ; V6; V7; V8.

Notasi : ab ; cd ; d ; b ; cb ; a ; b ; b.

Pernyataan : Rerata perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji Duncan.

Tidak ada komentar: