Jumat, 08 Februari 2008

MEMBERDAYAKAN KELOMPOK TANI DALAM PERSPEKTIF PERAN KETUA KELOMPOK (KK)

MEMBERDAYAKAN KELOMPOK TANI DALAM PERSPEKTIF PERAN KETUA KELOMPOK (KK)

Thomas Widodo

Pemberdayaan bagi masyarakat berpendapatan rendah termasuk di pedesaan telah lama berlangsung dan menjadi lebih populer dengan diterbitkannya Intruksi Presiden tentang Desa Tertinggal (IDT) No. 5 tahun 1993. Program ini menjadi lebih penting dan strategis dengan dicantumkannya kebijakan ini ke dalam GBHN 1999-2004. Dalam era Kabinet Indonesia Bersatu , pemberdayaan sebagai strategi menekan angka kemiskinan menjadi salah satu Triple Track Strategi Pembangunan Nasional.

Pemberdayaan untuk menekan angka kemiskinan akan lebih banyak bersinggungan dengan masyarakat pedesaan, yang berarti pula fokusnya pada pembangunan pertanian. Dalam pembangunan sektor pertanian, pemberdayaan petani diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya. Strategi pemberdayaan petani diantaranya melalui pengaktifan kelembagaan dengan menumbuhkan kegiatan-kegiatan produktif yang dapat memberikan nilai tambah bagi petani dan keluarganya melalui pendekatan kelompok tani . Petani berkelompok atas dasar kesamaan kondisi sosial ekonomi, kesamaan kepentingan, dan tujuan serta mempunyai ketua yang berasal dari mereka sendiri, beranggotakan 8 - 16 orang tiap kelompoknya. Peran KK yang berasal dan dipilih dari kalangan anggotanya sendiri menjadi sangat penting untuk membuat kelompoknya dinamis ; (1). Mendorong anggotanya agar mau dan mampu bekerjasama dalam kelompok maupun antar kelompok. (2). Mendorong anggotanya agar mau bekerjasama dengan pelaku pembangunan lainnya. (3). Mendorong anggotanya dan sekaligus memberi contoh dengan usaha yang dikembangkan melalui kemandiriannya. (4). Mendorong anggotanya untuk mau dan mampu belajar menemukan sendiri apa yang dibutuhkan dan apa yang akan dikembangkan.

Penumbuhan kelompok tani ini bertujuan mengembangkan sistem pembinaan yang partisipatif dan berkelanjutan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani beserta keluarganya. Anggota kelompok dibimbing dengan prinsip menolong diri sendiri melalui peningkatan kemampuan sehingga mampu menjangkau fasilitas/kemudahan pembangunan yang tersedia baik dalam aspek sumberdaya, permodalan, teknologi maupun pasar. Keberhasilan pemberdayaan ini dalam perkembangannya sangat berhubungan erat dengan aspek-aspek internal yang melekat pada anggota maupun kelompok tani dan aspek eksternal sebagai pemicu dinamika kelompok tani. Aspek internal dari sisi anggota dapat dilihat antara lain melalui (1) motivasi berkelompok; (2) pengetahuan akan pentingnya berkelompok; (3) keterbukaan anggota untuk terlibat dalam kegiatan pemberdayaan; (4) komitmen anggota melaksanakan kegiatan pember­dayaan. Sementara itu dari sosok KK, berbagai aspek yang relevan dengan keberhasilan pemberdayaan anggotanya antara lain ; (1) gaya kepemimpinan yang dimiliki; (2) integritas dan komitmen terhadap kelompok yang dipimpinnya; (3) kemampuan managerial dalam mengelola kelompok yang merupakan bentuk perwujudan perannya sebagai manager bagi kelompoknya; (4) modernitas individu yang dimiliki karena pemberdayaan pada dasarnya wujud dari proses perubahan; (5) jejaring kerja yang dimiliki dengan berbagai kelembagaan yang berkembang, terutama di tingkat perdesaan/kecamatan (6) pengalaman bekerja dalam kelompok dan (7) empati yang diwujudkan melalui kemampuannya memahami perasaan dan pikiran anggotanya.

Unsur Pemberdayaan

Pemberdayaan merupakan wujud dari perubahan sosial yang mengandung aspek hubungan berbagai lapisan sosial di masyarakat. Perubahan dari masyarakat yang kurang berdaya menjadi suatu masyarakat yang lebih berdaya. Dalam konteks hubungan sosial, terjadi alih fungsi individu yang semula objek menjadi subjek, sehingga relasi sosial yang ada hanya dicirikan dengan relasi antar subjek dengan subjek yang lain (Paul Ruben dalam Priyono, 1996:135). Pendekatan pemberdayaan yang dinilai cukup efektif adalah pendektan kelompok. Dalam pendekatan kelompok terjadi "dialogical encounter" yang menumbuhkan dan memperkuat kesadaran dan solidaritas kelompok, mengenali kepentingan mereka bersama yang secara bertahap tumbuh keswadayaan individu maupun kelompok (Friedman, 1993:41-42). Pemberdayaan berhubungan langsung dengan penerapan perilaku organisasi dalam proses pendelegasian tugas dan pengembangan tanggungjawab (Luthans, 1995:36). Rasa tanggung jawab dan rasa memiliki terhadap suatu organisasi dan keinginan untuk berkompetisi merupakan persyaratan keberhasilan pemberdayaan (Chaterine, 1997: 168).

Dalam perspektif yang lebih luas, pemberdayaan sebagai konsep sosio-politik dapat menimbulkan partisipasi dan peningkatan kesadaran seseorang atau kelompok untuk melakukan kontrol terhadap berbagai aspek kehidupan mereka. Secara lebih spesifik menunjukan ada tiga (3) hal yang dapat dicapai melalui pemberdayaan; (1) pemberdayaan membantu peningkatan kemampuan individu dan kelompok dalam mengendalikan kehidupannya untuk menjadi lebih baik; (2) pemberdayaan sebagai alat dan cara bagi organisasi kemasyarakatan, dan (3) pemberdayaan adalah proses pendidikan yang terus menerus dan mendorong masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatannya. Dengan demikian, pemberdayaan mengandung unsur-unsur pengembangan potensi diri agar keswadayaan tumbuh dan berkembang, meningkatkan kemampuan serta tanggung jawab guna meningkatkan kinerjanya secara optimal. Ini berarti KK akan berhasil maupun kelompoknya, jika KK memiliki ciri-ciri ketrampilan melakukan pemberdayaan.

Pemberdayaan Mensyarakatkan Modernitas

Pemahaman akan konsep modernitas diawali dengan menelaah berkembangnya konsep-konsep modernisasi. Modernisasi merupakan proses bertahap, mendorong adanya perubahan sosial dari masyarakat yang tradisional dengan ciri-ciri agraris menuju masyarakat modern dengan ciri-ciri industrialisasi (Reuben, 1999 ). Moderni­tas individu mengandung makna sikap seseorang dalam membentuk suatu kemampuan untuk melakukan perubahan melalui cara berpikir rasional, terbuka terhadap ide baru, berorientasi pada Iptek, menghargai prestasi, efisien, produktif, memiliki perhitungan untuk bertindak dan berani mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan sendiri serta tidak fatalistis.

Sikap tanggap terhadap perubahan merupakan bagian penting untuk memberdayakan dirinya sebelum mengembangkannya kepada lingkungan masyarakat di sekitarnya, keterbukaan diri akan suatu perubahan sebagai kunci sukses melakukan perubahan. Dengan kata lain pemberdayaan menuntut adanya perubahan dan perubahan di masyarakat terjadi melalui proses modernisasi yang menghasilkan masyarakat modern. Manusia yang modern yang memiliki tingkat modernitas individu tinggi akan lebih mudah menerima ide baru atau inovasi. Pandangan yang serupa melihat pemberdayaan bertitik tolak bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi atau daya yang dapat dikembangkan. Upaya membangun daya itu dengan cara mendorong, memberikan motivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya.

Modernitas individu yang dimiliki oleh KK membekali kemampuannya dalam melihat dan melakukan perubahan yang terjadi di dalam kelompok tani baik menyangkut pola berpikir dan perilaku yang dapat menimbulkan pembaharuan dalam kelompoknya dan tumbuh saling ketergantungan dalam banyak kegiatan sehingga dapat mengembangkan kerjasama untuk mencapai kemajuan dan mengatasi berbagai permasalahan. KK yang tanggap dan berpikir rasional akan mampu melihat perubahan dalam masyarakat dan melakukan pembaharuan yang diperlukan bagi kelompoknya. Sebaliknya KK yang tidak mampu melihat perubahan dalam masyarakat akan mengakibatkan organisasi menjadi tidak berkembang (stagnasi) dan merugikan organisasi itu sendiri maupun anggota kelompok yang dibinanya.

Cara berpikir yang rasional, berorientasi pada produktivitas, dan penerapan iptek oleh KK akan mewarnai pertimbangannya dalam melibatkan anggota untuk melaksanakan berbagai kegiatan individu maupun kelompok yang telah direncanakan. Dengan cara berpikir semacam ini akan mendorong KK mencari kegiatan yang produktif dan dirasakan langsung manfaatnya bagi anggota serta secara teknis dapat dilaksanakan berdasarkan kemampuan yang dimiliki anggota. Demikian pula dengan cara berpikir yang demokratis, menyadari martabat orang lain, dan berani menghadapi tantangan akan mendorongnya untuk memahami aspirasi anggotanya dan menempatkannya sebagai pelaku utama pada keseluruhan kegiatan kelompok.

Konsep modernitas bagi seorang KK untuk memberdayakan anggotanya berarti tuntutan untuk dapat merubah anggotanya menuju pada suatu pemikiran lebih maju. Kepercayaan kepada anggotanya untuk terlibat penuh pada kegiatan kelompok dapat terlaksana jika KK memiliki ciri-ciri sikap yang moderat yang dicerminkan melalui sikap keterbukaannya menerima perubahan dan berpikir jauh kedepan.

Peran KK memberdayakan anggotanya, tidak semata-mata untuk meningkatkan kemampuan diri anggota, namun lebih dari itu untuk mendorong anggota bersedia mengikuti perkembangan yang terjadi. Sebagai ilustrasi misalnya perkembangan cara berusaha tani mengenai pemahaman tentang penggunaan bahan-bahan kimia sebagai pengganti pupuk organik dalam takaran yang aman, atau penggunaan traktor sebagai pengganti cangkul. Ini merupakan bentuk nyata penerapan cara berpikir yang menganut prinsip modernitas.

Apa yang bisa dilakukan ?

Pertama, mendorong anggota kelompok untuk terus belajar, sambil bekerja . Masyarakat belajar, tidak harus dilakukan di bangku persekolahan dan menggunakan pendidik-an yang berjenjang, juga dapat dilakukan melalui pendidikan luar sekolah atau pendidikan masyarakat. Masyarakat petani, yang menjadi basis pembinaan dan pengembangan anggota kelompok, belajar dalam perspektif persekolahan bukanlah tempat yang masih dapat dinikmati. Belajar bagaimana bertani secara profesional, adalah suatu usaha belajar yang dapat dimanfaatkan mereka di tengah kelompok dan masyarakat. Persoalannya, sejauhmana kesempatan, fasilitas dan fasilitatornya tersedia dengan cukup. Lebin penting dari itu adalah, adakah dorongan bagi mereka untuk belajar dan meningkatkan kemampuan usahanya kearah yang lebih maju. Prinsip ini menekankan pada metode dan pola bimbingan kelompok melalui proses ” melakukan , mengalami dan menemukan sendiri”.

Kedua, melayani dan mengembangkan sistem informasi melalui jejaring kerja yang lebih luas. Konsekwensi dari perkembangan teknologi komunikasi adalah beragamnya informasi baru kepada masyarakat yang tidak terbatas termasuk bagi masyarakat pertanian berkaitan dengan teknologi-teknologi baru di bidang rekayasa pertanian. Bagi petani, khususnya yang berada di remote area, sering tertinggal dan tidak mengetahui bagai­mana menerapkannya dalam praktek. Di sinilah peran KK memiliki jejaring kerja yang luas, sangat dibutuhkan. Kelompok tani harus responsif dan respek terhadap berbagai perubahan kemajuan di bidang pertanian, mencari informasi tentang produk baru, dan teknologi baru. Upaya semacam ini akan menempatkan KK sebagai pimpinan yang memahami pentingnya informasi yang seharusnya diketahui oleh dan untuk kemajuan anggotanya.

Ketiga, mendorong kemandirian kelompok melalui kemitraan. Kepercayaan KK kepada anggotanya untuk memimpin kelompok melakukan tugas rutin atau secara bergiliran memimpin kelompok diperlukan untuk kelangsungan kegiatan secara progresif. Anggota memiliki kesempatan mewakili kelompok dalam mengurus bantuan ataupun kerjasama dengan pihak eksternal, dan sekaligus berperan sebagai pengelola. Dengan cara semacam ini kemandirian anggota dalam mengelola kelompok dan kegiatannya secara bertahap tidak selalu tergantung pada ketuanya. Ini menunjukkan kelompok sebagai mitrakerja dan aktif dalam pengambilan keputusan.

Keempat, mendorong tumbuhnya keswadayaan kelompok. Prinsip ini menempatkan bimbingan dan dukungan diarahkan agar kelompok mampu menumbuhkan kemapuan dan mengembangkan kegiatannya. Secara sederhana bisa didorong untuk mengajak anggota mempelajari dan mencoba sesuatu yang baru. Keinginan untuk mau mencoba teknologi pertanian yang dimotori oleh ketua, akan sangat membantu percepatan adopsi teknologi pertanian bagi keiompok dan masyarakat di sekitarnya. Di sinilah pentingnya kelompok tani memberi kepercayaan kepada anggota dalam mempraktekkan teknologi pertanian sesuai dengan usahanya masing-masing. Keswadayaan akan tumbuh diawali oleh contoh nyata KK sebagai ujung tombak bagi kelompoknya.

Bahan rujukan

Friedman, Jhon. Eupowerment ; The Politics of Alternative Development. Cambudge ; Blackwall Book,1993

Luthans, Freud. Organizafedual Behaviour. Singapura ; Mcgraw-Hill Inc. 1995

Priyono Onny S dan Pramarka A.M.W., Pemberdayan Konsep, Kebijakan dan Implementasi ........... Center For Strategic and International Studies, 1996.

Riset Study Pembangunan, Lembaga Pedesaan IPB Bogor. Study Dampak Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Kecil. Bogor. PSP.IPB. 1996

Tidak ada komentar: